KARO - Nama Taman Simalem Resort (TSR) yang berada di Jalan Besar Merek-Sidikalang, Kabupaten Karo mungkin sudah tidak asing lagi didengar ditelinga.
Pasalnya, sejak berdiri tahun 2005. Destinasi wisata TSR mempunyai banyak inovasi brilian, yang membuat para wisatawan 'Kepincut' datang berlibur ke Tanah Karo.
Buktinya, selain memiliki view alam yang luar biasa. Suasana asri nan sejuk dengan pemandangan indahnya danau toba, tersedia juga sejumlah fasilitas seperti kamar hotel, villa dan lain sebagainya.
Namun, beralih dari situ, rupanya TSR juga memiliki perkebunan Buah Biwa yang terbesar di Asia Tenggara. Sebagai destinasi ekowisata di Sumatera Utara (Sumut), TSR juga telah mengelola kebun Buah Biwa seluas 5 hektar.
Hingga kini, populasi tanaman Buah Biwa yang ditanam di perkebunan Taman Simalem telah mencapai 1.722 pohon. Tanaman yang mengandung banyak vitamin ini, dikenal dengan nama loquat.
Baca juga:
10 Koperasi Pertanian Terbesar di Dunia
|
Menurut General Manager TSR, Eddy Tanoto Sukardi, Buah Biwa yang sering disebut anggur Karo belum banyak dikenal orang. Bahkan pohonnya saja masih langka ditemui, bahkan buahnya jarang dijual di pasar dan toko buah.
"Berawal dari situlah, kami pihak pengelola TSR berinovasi membudidayakan tanaman Buah Biwa. Saat ini sudah 1.700-an pohon, juga sangat cocok tumbuh di dataran tinggi Tanah Karo, " ujarnya, Sabtu (19/10-2024).
Dikatakannya, pohon biwa akan mulai berbuah pada usia 4 tahun dan mencapai puncak produksinya saat berusia 8 tahun. Bahkan dapat bertahan hidup hingga lebih dari 20 tahun.
"Cara perawatannya sangat mudah, hanya dengan menggunakan pupuk organik yang dilakukan secara ramah lingkungan dan metode pertanian berkelanjutan, " ujar Eddy Tanoto yang merupakan putra bungsu pemilik TSR Almarhum Tamin Sukardi.
Lebih lanjut dikatakannya, musim panen Buah Biwa di Taman Simalem Resort berlangsung dari bulan Oktober hingga Januari. Dipanen itu juga, para pengunjung diberikan kesempatan untuk mencicipinya.
"Pengunjung bisa mencicipi langsung dari pohonnya, dan Buah Biwa yang kita tanam ini memiliki cita rasa yang unik. Ada rasa manis dan asam serta bermanfaat bagi kesehatan, " bebernya mengakhiri mengutip informasi dari pengelola kebun di TSR.
Sekedar diketahui, Buah Biwa di Tanah Karo dijaman orangtua, sering ditanam di pekarangan rumah. Namun, seiring dengan perubahan preferensi konsumen yang lebih memilih tanaman buah seperti alpukat, jeruk, dan kopi.
Membuat populasi tanaman Buah Biwa semakin berkurang. Petani Karo memilih atau beralih menanam tanaman komoditas lain yang dianggap lebih menguntungkan.
Nah, melihat fenomena ini, pendiri Taman Simalem Resort, almarhum Tamin Sukardi memutuskan untuk melestarikan dan membudidayakan Buah Biwa secara besar-besaran sejak tahun 2008.
Upaya ini bertujuan untuk menjaga warisan dan keunikan Buah Biwa sebagai bagian dari identitas lokal Karo, sekaligus mendukung keanekaragaman hayati di kawasan Taman Simalem Resort (TSR) yang banyak membudidayakan tanaman hortikultura.
(Anita Theresia Manua)